Wednesday, 8 June 2016
Saturday, 4 June 2016
SIPLO (Sistem Intensifikasi Potensi Lokal)
Dosen Universitas Islam Malang (Unisma) berhasil membuat terobosan baru dalam bidang pertanian dengan membuat teknik sistem intensifikasi potensi lokal (Siplo) yang diklaim mampu meningkatkan produktivitas pertanian. Teknik ini menggunakan metode penyetruman pada lahan pertanian.
Teknik ini hasil penelitian dari dosen Fakultas Pertanian Unisma, yaitu Sugiarto dan Hadi Sudjoni. Hasil penelitian ini juga diterapkan dalam pertanian dengan uji coba pada lahan pertanian padi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sugiarto, dosen penemu tersebut mengemukakan alasan penelitian ini dilakukan karena melihat produktivitas tanaman padi di Indonesia masih rendah, 6-7 ton per hektare. Selain masih rendah, petani sangat tergantung pada pupuk buatan. Bahkan, mereka memberi pupuk pada tanaman dengan dosis tinggi. “Aplikasi pupuk buatan dengan dosis tingi telah berdampak pada unsur hara dalam tanah, memicu terjadinya ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah,” ujarnya kepada wartawan dalam rilis yang diberikan, Sabtu siang.
Menurut dia, sistem pertanian dengan bahan kimia tingi mengubah paradigma pemikiran petani dan meninggalkan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik dianggap kurang efektif karena kandungan unsur haranya relatif lebih rendah, sehingga kurang memberikan respon pada pertumbuhan tanaman.
Ia mengungkapkan, implementasi teknik pertanian dengan Siplo dinilai sebagai salah satu jalan keluar dari masalah pertanian. Teknik ini memaksimalkan potensi lokal tanah melalui rangsangan listrik untuk menyeimbangkan muatan positif dan negatif tanah yang berperan penting dalam proses penyediaan hara dalam tanah. Metode yang diterapkan dengan teknik penyetruman dimana lahan diinduksi selama pertumbuhan tanaman. Implementasi teknik Siplo dengan alat ini harus dilakukan di lahan dan dalam keadaan basah. “Dengan teknik penyetruman diharapkan seluruh potensi lokal seperti bahan organik, mikroorganisme dan unsur hara yang terserap dalam koloid tanah dapat dioptimalkan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan ketutamanaan teknik ini bisa memperbaiki cara budidaya dengan optimalisasi unsur hara yang terserap, meningkatkan efisiensi biaya operasional pembelian pupuk anorganik. Selain itu, juga sebagai pengendali hama dalam tanah melalui gelombang elektro sehingga mengurangi biaya pembelian pestisida. Hasil tanaman diklaim tidak mengandung residu pestisida serta postur tanaman menjadi lebih kokoh maupun tidak mudah roboh.
Selain itu, ia juga mengatakan teknik ini mampu mengurangi serangan hama yang ada dalam tanah seperti orong-orong, keong emas, siput, dll. Bahkan, hasil pertumbuhan anakan padi juga bagus, berkisar 22 anakan dengan jumlah bulir per anakan mulai rata rata 270 bulir tanpa pemberian pupuk kimia pada lahan sawah yang subur kandungan bahan organiknya.
Ia berharap, teknologi ini bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian di Indonesia. Pihaknya pun sudah koordinasi dengan kementerian pertanian dengan penemuan ini, sehingga nantinya bisa diterapkan, guna meningkatkan produksi tanaman padi. (*)
DPD RI Tertarik Teknologi SIPLO Faperta UNISMA
Malang. 30/05/16 Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang (FP UNISMA) mejadi tujuan kedatangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Provinsi Lampung, Ir. Anang Prihantono. Beliau merupakan orang yang peduli terhadap pertanian. Kedatangan beliau ke Unisma untuk Sarasehan dengan Fakultas Pertanian mengenai “Aplikasi Teknologi Sistem Intensifikasi Potensi Lokal (SIPLO)”
Ir. Anang yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Sertani (Serikat Tani Indonesia) pada dua periode ter"sebut tertarik dengan alat yang ditemukan oleh dosen Universitas Islam Malang, “Dengan menggunakan alat yang disebut SiPLO ini pertumbuhan tanaman seakan makin bagus karena ada antibodi dan juga dapat memperbaiki jaringan tanaman.”tutur dosen Unisma penemu alat akupuntur tanah, Dr. Ir. Sugiarto,MP.
Alat ini sudah diuji dan dipraktikan di sawah, untuk tanaman bunga dan holtikultura di berbagai daerah seperti Mojokerto, Tulungagung, Jombang, Malang, dan lain sebagainya. Ir. Anang yang tertariik dengan teknologi tersebut langsung mengunjungi Unisma. “Saya senang dengan adanya temuan hebat seperti ini, temuan ini akan saya jadikan model dan akan kami coba praktikan di Lampung.” Ucapnya bangga. Beliau juga kagum melihat bahwa Dosen dan Mahasiswa Unisma memiliki kompetensi yang tinggi bisa menghasilkan alat ini.
Rektor Unisma, Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si juga memberikan sambutan. “Indonesia itu memiliki hamparan yang sangat luas, untuk itu mahasiswa tidak boleh berkecil hati masih banyak pertanian yang harus ditangani.” Tuturnya. Beliau juga mengatakan bahwa apa yang dilakukan Fakultas Pertanian. “Sungguh mulia Fakultas Pertanian ini karena tidak hanya membantu satu orang saja, tetapi bisa membantu jutaan orang.” Tuturnya. (nin)
Wednesday, 1 June 2016
Teknologi Pertanian (Agricultural Drones)
Agricultural Drones
Hortikulturaprojec.blogspot.co.id. Agricultural Drones merupakan semacam pesawat remote control kecil tanpa awak. Dengan biaya yang cukup murah, Agricultural Drones memiliki kemampuan pencitraan dan sensor yang canggih sehingga dapat memberikan cara baru bagi petani untuk dapat meningkatkan hasil pertanian dan mengurangi kerusakan tanaman. Mayoritas angkatan kerja di Indonesia bekerja di bidang pertanian, namun dapat dikatakan bahwa pertanian Indonesia justru merupakan sektor yang paling tidak produktif ditilik dari besar kontribusinya terhadap PDB. Sektor pertanian Indonesia yang tidak produktif, terutama disebabkan oleh tingkat pendidikan petani yang masih rendah dan penggunaan teknologi pertanian yang masih minim. Agricultural Drones merupakan terobosan luar biasa yang mampu meningkatkan produktifitas petani. Mungkinkan penggunaan Agricultural Drones dapat diterapkan oleh petani Indonesia?
Perkembangan teknologi makin lama makin maju dan pengaplikasiannya semakin luas.
Salah satu di antaranya teknolgi pesawat terbang mini tampa awak bernama drone yang di
lengkapi dengan teknologi modern kini ikut andil di dalam perkembangan teknologi di
bidang pertanian.
Drone yang umumnya di lengkapi dengan kamerah dan mamapu terbang stabil di udara
menjadikannya pesawat pengintai untuk meneliti kondisi suatu lokasi dari udara salah
satunya adalah lokasi usaha pertanian.
Kini drone mulai digunakan untuk membantu sekotor agriculture sebagai pesawat pengawas
kondisi tanaman. Agaar drone dapat di gunakan lebih maksimal di sektor pertanian perlu
adanya modifikasi pada kamerah drone agar memiliki kemampuan lebih, salah satu bentuk
modifikasinya adalah menambahkan infrared untuk dapat menangkap secara rinci dari
bentuk daun, buah, biji dan batang pada tanaman hal ini bertujuan untuk mendeteksi
serangan hama lebih awal.
Tidak hanya untuk mendeteksi serangan hama, tetapi juga dapat mengidentifikasi
kebutuhan unsurhara pada sebuah ladang pertanian. Ini akan sangat membantu para
petani agar hasil panen maksimal dan terhindar dari gagal panen akibat kerusakan tanaman.
Tanaman Yang Menggunakan Tekonologi Drone
Beberapa komoditas pertanian yang kini menggunakanakan drone adalah kelapa sawit dan
padi. Kedua komoditas ini merepakan tanaman yang di dibutuhkan dalam jumlah yang
besar sehingga luas lahan pembudidayaannya juga besar.
Apakah tanaman lain juga bisa ? Drone tidak hanya untuk padi dan sawit melainkan untuk
hampir seluruh tanaman yang membutuhkan perawatan di dalam produksinya.
Seberapakah membantunya drone bagi petani?
Drone akan sangat membantu pentani yang memiliki lahan yang cukup luas di dalam
mengelolahnya, bayangkan jika luas lahan lebih dari 10 hektar petani harus mengamati kondisi semua tanaman akan sangat melelahkan, salah satu cara agar lebih muda melihat
tanaman adalah dengan menggunakan pesawat terbang tanpa awak ini.
Biaya Sekali Terbang Sebuah Drone
Selain harganya yang tidak terlalu mahal, drone dalam penerbangannya hampir tidak
membutuhkan biaya alias gratis karena cukup mengecas batrai drone dan remot kontrol hal
ini tidak seperti menggunakan hellycopter yang butuh dana jauh lebi besar untuk biaya
sekali terebangnya.
Drone Seperti Apa Yang Perlukan Untuk Pertanian?
Untuk dapat membantu petani secara maksimal drone harus memiliki GPS dan dua kamerah
sehingga mampu mendeteksi penyakit yang dapat menimbulkan ancaman pada tanaman
teertentu. Seperti yang di uraikan di atas bahwa perlu adanya modifikasi dengan memasang
inframerah agar mendapat data rincian dari bentuk daun, batang, buah bahkan biji pada
sebuah tanaman sehingga dapat mendeteksi adanya kerusakan yang lebih awal.
Harga drone yang memiliki kemampuan ini masih dikisaran 10 juta dengan kemampuan
terbang hingga 800 meter di atas permukaan laut serta mampu mencangkup luar setengah
hektar.
Jika saya menginginkan untuk membeli sebuah drone untuk aplikasi pertanian dimana saya
dapat membelinya?
Saat ini banyak drone yang di pasarkan melalui internet, maka Anda juga bisa memesannya
melalui jenis toko online yang menjual drone.
Tapi kalau ingin langsung membelinya di toko
Anda bisa pergi ke toko pesawat mini drone yang kini telah tersebar di kotakota besar
seperti surabaya, semarang, dan daerah jabotabek.
Agricultural Drones merupakan semacam pesawat remote control kecil tanpa awak. Dengan biaya yang cukup murah, Agricultural Drones memiliki kemampuan pencitraan dan sensor yang canggih sehingga dapat memberikan cara baru bagi petani untuk dapat meningkatkan hasil pertanian dan mengurangi kerusakan tanaman.
Mayoritas angkatan kerja di Indonesia bekerja di bidang pertanian, namun dapat dikatakan bahwa pertanian Indonesia justru merupakan sektor yang paling tidak produktif ditilik dari besar kontribusinya terhadap PDB. Sektor pertanian Indonesia yang tidak produktif, terutama disebabkan oleh tingkat pendidikan petani yang masih rendah dan penggunaan teknologi pertanian yang masih minim. Agricultural Drones merupakan terobosan luar biasa yang mampu meningkatkan produktifitas petani. Mungkinkan penggunaan Agricultural Drones dapat diterapkan oleh petani Indonesia?
- See more at: http://berandainovasi.com/10-inovasi-baru-yang-dapat-mengubah-dunia/#sthash.FAmriQem.dpuf
Agricultural Drones merupakan semacam pesawat remote control kecil tanpa awak. Dengan biaya yang cukup murah, Agricultural Drones memiliki kemampuan pencitraan dan sensor yang canggih sehingga dapat memberikan cara baru bagi petani untuk dapat meningkatkan hasil pertanian dan mengurangi kerusakan tanaman.
Mayoritas angkatan kerja di Indonesia bekerja di bidang pertanian, namun dapat dikatakan bahwa pertanian Indonesia justru merupakan sektor yang paling tidak produktif ditilik dari besar kontribusinya terhadap PDB. Sektor pertanian Indonesia yang tidak produktif, terutama disebabkan oleh tingkat pendidikan petani yang masih rendah dan penggunaan teknologi pertanian yang masih minim. Agricultural Drones merupakan terobosan luar biasa yang mampu meningkatkan produktifitas petani. Mungkinkan penggunaan Agricultural Drones dapat diterapkan oleh petani Indonesia?
- See more at: http://berandainovasi.com/10-inovasi-baru-yang-dapat-mengubah-dunia/#sthash.FAmriQem.dpuf
Agricultural Drones merupakan semacam pesawat remote control kecil tanpa awak. Dengan biaya yang cukup murah, Agricultural Drones memiliki kemampuan pencitraan dan sensor yang canggih sehingga dapat memberikan cara baru bagi petani untuk dapat meningkatkan hasil pertanian dan mengurangi kerusakan tanaman.
Mayoritas angkatan kerja di Indonesia bekerja di bidang pertanian, namun dapat dikatakan bahwa pertanian Indonesia justru merupakan sektor yang paling tidak produktif ditilik dari besar kontribusinya terhadap PDB. Sektor pertanian Indonesia yang tidak produktif, terutama disebabkan oleh tingkat pendidikan petani yang masih rendah dan penggunaan teknologi pertanian yang masih minim. Agricultural Drones merupakan terobosan luar biasa yang mampu meningkatkan produktifitas petani. Mungkinkan penggunaan Agricultural Drones dapat diterapkan oleh petani Indonesia?
- See more at: http://berandainovasi.com/10-inovasi-baru-yang-dapat-mengubah-dunia/#sthash.FAmriQem.dpuf
Agricultural Drones merupakan semacam pesawat remote control kecil tanpa awak. Dengan biaya yang cukup murah, Agricultural Drones memiliki kemampuan pencitraan dan sensor yang canggih sehingga dapat memberikan cara baru bagi petani untuk dapat meningkatkan hasil pertanian dan mengurangi kerusakan tanaman.
Mayoritas angkatan kerja di Indonesia bekerja di bidang pertanian, namun dapat dikatakan bahwa pertanian Indonesia justru merupakan sektor yang paling tidak produktif ditilik dari besar kontribusinya terhadap PDB. Sektor pertanian Indonesia yang tidak produktif, terutama disebabkan oleh tingkat pendidikan petani yang masih rendah dan penggunaan teknologi pertanian yang masih minim. Agricultural Drones merupakan terobosan luar biasa yang mampu meningkatkan produktifitas petani. Mungkinkan penggunaan Agricultural Drones dapat diterapkan oleh petani Indonesia?
- See more at: http://berandainovasi.com/10-inovasi-baru-yang-dapat-mengubah-dunia/#sthash.FAmriQem.dpuf
Pertanian Zaman Dulu
Hortikulturaprojec.blogspot.co.id. Teknlogi Pertanian Pada Zaman Dahulu. masih sangat sederhana. Pertanian dilakukan dengan cara ladaang
berpindah. Teknologi pertanian pada zaman itu baru menggunakan alat-alat
yang sederhana, seperti kapak batu atau barang sejenisnya.
Manusia pada jaman purba bercocok tanam secara ladang berpindah. Dimana
jika ingin menanam, mereka membersihkan hutan dengan membakarnya sesuai
ukuran tertentu, kemudian mempersiapkan penanaman.
Anda tentu sudah pernah mengenal sejarah zaman batu, baik paleolitikum, neolitikum, mesolitikum ataupun megalitikum. Pada zaman itulah perkembangan peralatan pertanian terlihat jelas perkembangannya. Akan tetapi, sepanjang catatan yang ditemukan, pengelolaan tanaman telah lama dilakukan di daerah Mesopotamia (Irak) di daerah perbatasan sungai Tigrit dan Kufrat 2500 SM. Tanah ini diketahui cukup subur dengan geografis yang baik.
Menurut Herodotus, kondisi yang bagus tersebut terjadi akibat adanya irigasi pertanian yang baik ataupun banjir tahunan yang memberi efek positif pada lahan tanah mereka (sumber: sulsel.litbang.go.id). Di Indonesia, teknologi pertanian juga sudah diketahui cukup maju pada zaman nenek moyang kita. Memang tidak diketahui catatan tahun atau waktu yang pasti nenek moyang bangsa Indonesia bertani dengan peralatan yang cukup maju seperti besi atau perunggu. Yang bisa dilakukan hanya memperkirakan sesuai dengan kondisi yang ditemukan.
Anda tentu sudah pernah mengenal sejarah zaman batu, baik paleolitikum, neolitikum, mesolitikum ataupun megalitikum. Pada zaman itulah perkembangan peralatan pertanian terlihat jelas perkembangannya. Akan tetapi, sepanjang catatan yang ditemukan, pengelolaan tanaman telah lama dilakukan di daerah Mesopotamia (Irak) di daerah perbatasan sungai Tigrit dan Kufrat 2500 SM. Tanah ini diketahui cukup subur dengan geografis yang baik.
Menurut Herodotus, kondisi yang bagus tersebut terjadi akibat adanya irigasi pertanian yang baik ataupun banjir tahunan yang memberi efek positif pada lahan tanah mereka (sumber: sulsel.litbang.go.id). Di Indonesia, teknologi pertanian juga sudah diketahui cukup maju pada zaman nenek moyang kita. Memang tidak diketahui catatan tahun atau waktu yang pasti nenek moyang bangsa Indonesia bertani dengan peralatan yang cukup maju seperti besi atau perunggu. Yang bisa dilakukan hanya memperkirakan sesuai dengan kondisi yang ditemukan.
Kapak Perimbas
Kapak Logam
Kapak Genggam
Jika kita lihat, para petani sering menggunakan penunjukan rasi bintang
tertentu untuk menandai masa tanam. Semua menjadi semakin tertata ketika
jaman kerajaan di Indonesia terbentuk. Seperti yang kita kenal, di jawa
ada penanggalan jawa dimana terdapat pranata mangsa yang bisa digunakan
untuk mengetahui waktu penanaman yang baik. Kini pada jaman modern
semua sudah beradu cepat, banyak yang dapat dilakukan baik intensifikasi
ataupun extensifikasi pertanian. Serba modern dan cukup memudahkan
petani dengan segala resikonya sendiri.
Namun demikian, teknologi petanian zaman dulu yang masih menggunakan peralatan sederhana bukan berarti jelek dan harus ditinggalkan, karena juga terdapat sisi positif lain yang justru menguntungkan.
Namun demikian, teknologi petanian zaman dulu yang masih menggunakan peralatan sederhana bukan berarti jelek dan harus ditinggalkan, karena juga terdapat sisi positif lain yang justru menguntungkan.
Subscribe to:
Posts (Atom)